Kamis, 23 Mei 2013

Di Kereta



“Mudik juga, Pak?” Laki-laki berumur 30-an yang kini duduk di hadapanku membuyarkan lamunanku.


“Ya,”

“Pulangnya kemana?”

“Ke Kebumen, Mas.”

“Wah, Kebumen toh. Kalau saya di Purworejo, Pak.”

Hening.

Udara panas di kereta ekonomi jurusan Purworejo begitu menyengat. Bangku-bangku penumpang begitu sesak dengan barang bawaan mereka masing-masing. Sudah berkali-kali aku menyeka wajahku yang bercucuran keringat dengan sapu tangan biru tua. Kuhirup napas sedalam mungkin berharap oksigen dapat mendinginkan kepalaku.

Srekkk…

Kantong plastik hitam yang ku genggam sejak tadi tiba-tiba terjatuh. Buru-buru kuambil dan meletakkannya dengan erat di pangkuanku.

“Mau lebaran kayak gini pasti banyak jambret yang berkeliaran.” Laki-laki itu mulai berbicara lagi.

“Jambretnya sadis-sadis lho, Pak. Ada yang berani sampai melukai korbannya segala. Ada yang sampai ngebunuh pula. Tadi saja di stasiun ada ibu-ibu terluka karena dijambret.”

Aku pun mengangguk mendengarkan ceritanya. Raut wajahnya menunjukkan rasa kebencian dan kekesalan.

“Kalau saja jambretnya ketangkep, tak gulingin ramai-ramai. Biar tau rasa dia. Kalau seperti itu sudah ndak bisa dibiarkan lagi. Manusia ndak ada harganya lagi bagi mereka.”

“Mereka ndak merasakan perasaan keluarga yang sedang menanti di rumah. Kalau mau dapet uang, mbok ya dengan cara yang halal,” lanjutnya lagi dengan berapi-api.

Aku mengangguk lagi. Laki-laki itu benar. Aku juga sudah tidak sabar ingin bertemu anak istriku yang sedang menunggu di rumah. Tawa canda mereka sudah terbayang-bayang di depan mata. Tak sabar inginku berlebaran dengan mereka.

Setelah seharian menempuh perjalanan panjang, akhirnya kereta itu tiba di stasiun terakhir. Aku pun bersiap-siap untuk turun.

“Pak! Kantong plastiknya ketinggalan, Pak!” Kudengar laki-laki yang tadi duduk di hadapanku berteriak memanggilku. Tanpa menghentikan langkahku, aku pun berteriak,
“Ambil saja, Mas!”

Setelah melewati gerbang stasiun, aku langsung melompat ke dalam angkot yang kemudian meluncur perlahan. Senyumku mengembang membayangkan sambutan hangat dari anak istriku. 
Kugenggam hadiah istimewa yang nanti akan kuberikan kepada istriku. Sebuah cincin emas 24 karat seberat 5 gram yang masih melingkar di jari manis pemiliknya – yang kurebut di stasiun kemarin.



-fin-

---
fiuhhh... ditunggu kritik dan saran yang membangun. Ga mau ikutan fic challenge, ga bisa janji bisa posting tiap hari. Maklum yang ini masih berstatus mahasiswi. wakakakak...

---
*last edited: sabtu, 25 Mei 2013

5 komentar :

Ruru mengatakan...

Mamaaaah...
Kalo menurutku Mamah pas banget deh kalo bikin flash fiction. Ckckck.... Puchline-nya selalu dapet.

Yang typo:
1) ku genggam
2) “srekkk…” Mestinya awalnya kapital. Perlu kutip juga nggak ya? .__.
3) "... yang halal.” Lanjutnya
Kalo menurut Ru, entah bener ato nggak ya... mestinya
"... yang halal,” lanjutnya


Udah, itu aja, Mah.

Zuka Zuu mengatakan...

Wuaseeeemm, si mama psyco bangeeeet!!
Ceritanya horor bok!!

Mamah kau membuat aku iriiiiii,
Punchline selalu dapet, tapi kayanya kau emang bisa disebut penulis Flashfic deh, tulisanmu cocok dan pas, ya kan Ru?
dan yang terakhir, koreksian Ruru buat mama dikiiiiiiiiiiit!!! Aaaa, aku iriiiii!
*potongin tangan orang*

Nah kalo yang dibawa itu potongan tangan, yang di kantong plastik itu isinya apa? *ngeri*

phipy mengatakan...

Ruru, aduh, aku suka bingung gimana bikin bunyi onomatope kaya brakk, srekk, buat situasi tertentu (btw istilahnya apa sih di bahasa indo?). Terus tulisannya kyaknya sih ga pake kutip ya? hahaha

Punchline itu apaaa? T_T

phipy mengatakan...

aku kan berpengalaman bikin pwp wansyuttt zuuu!!!!
HAHHAHAHAHAA *dilemparsendalgara2berisik*

justru semakin banyak koreksian, semakin banyak yang bisa diambil buat pelajaran. bagus buat dirimu yang bercita-cita jadi editor.

yang di kantong plastik itu bekas muntah si bapak2 itu kok. Dia kan ga biasa naek kereta.
hahahhahaaa

Ruru mengatakan...

Di bahasa Indonesia emang nggak ada standar efek suara gitu sih ya. Makanya Ru jarang pake juga.

Biasanya nggak pake kutip kayaknya, Mah. Kecuali suara yang dibuat mulut kita kayak "Sshh" atau semacamnya.

Punchline itu...garis tonjok #plak
Hihihi...

Maksudnya, bagian yang 'nonjok' gitulah.