Kamis, 23 Mei 2013

Muffin



Pagi itu Leo terlihat segar dengan sweater cokelat yang melekat pada tubuhnya. Kepalanya yang kini dipenuhi rambut putih dan sorot matanya yang sedikit lelah sama sekali tidak mengurangi ketampanannya.


“Selamat pagi, Sayang!” Sapanya sambil mengecup keningku.

Seperti biasa aku menyiapkan secangkir teh hangat dan sepiring kue muffin di atas meja makan.

“Bagaimana tidurmu semalam?”

“Cukup nyenyak, hanya saja tadi malam terasa lebih dingin dari biasanya.” Aku menunduk sedih. Kulilitkan syal dileherku dan kubenamkan separuh wajahku di sana. Tangan Leo yang hangat menggenggam kedua tangan keriputku. Kutatap matanya yang dikelilingi garis-garis kerut tanda dimakan usia. Ekspresi mukanya memancarkan ketenangan lebih dari biasanya.

“Maaf, aku tidak pernah menyangka harus segera pergi. Bagaimana dengan cucu-cucu kita?”

“Mereka sedang bermain di halaman. Sepertinya di luar ramai sekali. Uhuk… uhukkk…” tiba-tiba tenggorokanku terasa gatal sekali. Leo menyodorkanku secangkir teh yang mulai mendingin.

“Jaga kesehatanmu, Sayang! Aku khawatir jika kamu sakit, aku tidak bisa menemanimu sepanjang waktu.” Tangannya mengelus-elus pundakku dengan lembut.

“mungkin sebaiknya aku ikut pergi saja denganmu…”



“Maa!” sebelum aku selesai berbicara, kudengar anak perempuanku memanggilku.

“Mama bicara dengan siapa? Sudah selesai sarapannya? Mobilnya sudah siap. Papa akan dikuburkan siang ini juga,” setitik air mata masih menggantung di sudut kedua matanya.

Aku mencoba menatap bangku di hadapanku.

Kosong.

Kualihkan pandanganku ke atas meja. Secangkir teh dan kue muffin yang kusajikan untuk suamiku masih tergeletak utuh di tempatnya.


Napasku tercekat, saat itu juga duniaku berubah menjadi begitu gelap.






-fin-

---

dih... parah, mending bikin novel sekalian deh. hahahahaa
Ditunggu kritik dan sarannya yang membangun. Ga mau ikutan fic challenge, ga bisa janji bisa posting tiap hari. Maklum yang ini masih berstatus mahasiswi. wakakakak...

---
*last edited: 25 Mei 2013

5 komentar :

Ruru mengatakan...

Keren, Mah! ^^

Kekurangannya ... apa ya? Secara penulisan:

1) Satu typo, 'Ku tatap' mestinya 'Kutatap'.

2) 'sapa', 'tanya', 'kata', 'jawab', dan semacamnya kalo setelah kalimat langsung ditulis pake huruf kecil.
Contoh: "Apa?" tanyanya. "Tidak," jawabku.
Kalo bukan kata-kata yang disebut itu, huruf besar.
Contoh: "Apa?" Ia bertanya. "Tidak." Aku menjawab.

3) "...siang inijuga ” <-kelupaan tanda baca di akhirnya.


Untuk cerita, begini aja sebenernya bisa sih. Tapi kalo saran dari Ru sih, karena pas awal-awal suasananya terlalu tenang, mungkin lebih pas kalo dibikin ini hari kedua setelah kepulangan Leo. Soalnya, secara logika, sebelum dikubur itu biasanya orang masih histeris.

Kalo dibuat setting keesokan harinya, mungkin dialog terakhir bisa dibuat ada anaknya yang baru dateng dan mau ke makam misalnya, atau kalimat lain yang juga menyiratkan kalo Leo udah meninggal.

Itu aja, Mah. Ayo nulis yang banyak!

Anyway, mahasiswa mestinya lebih luang tau (=3=)

Zuka Zuu mengatakan...

Aku bacanya berasa tua... *komen gak bener*

Mamaaaaaa, kau punya bakat jadi penulis juga!! Kenapa di Flashfic pertama ini mama udah bisa bikin punch line ya? Irii bangeeet!!

Kalo EYD sayah serahkan pada kanjeng Ruru, aku hanya mengoreksi berdasarkan insting, kalimat mana yang gak enak. Karena kalimat mama simple, sejauh ini aku baca asih enak-enak aja...

Mama gak usah ikutan yang sehari satu! Karena mama mahasiswa yang banyak waktu luang, sehari 3 kali ya... *kaya minum obat* wakkakak

phipy mengatakan...

hai hai, aku datang!!!
hahahaa... seneng deh ada yang ngoreksi.
1-3, sip-sip ntar diedit.

ihihiihi.. sebenernya maksudku itu si istrinya udah dikasih tau kalo Leo udah meninggal semalem, cuma dia masih ga percaya n pura-pura ga ada kejadian apa2. Sampe waktu pagi harinya ternyata berita kematian itu emang beneran, baru dia sadar.

ide banyak, nulisnya yang susah. hahaha

phipy mengatakan...

zuzuuuu...
aku ga ngerti apa itu punch line? aku mah nulis aja, flashfic yg pernah aku baca cuma punya ruru n zu doang.

yeee.... ngga ngerti apa kalo selain jadi mahasiswi aku juga kan nyambi jadi ibu rumah tangga beranak tiga. muahahahaha

Ruru mengatakan...

Hooo....

Hm... Iya, bisa sih, Mah. *ngangguk2*